Kamis, 05 Mei 2011

My Lost World part I

Sudah beberapa belas bulan terakhir aku mulai melupakan impian-impian besarku yang sejak dulu aku cita-citakan. Ini rasanya seperti loss oriented, kehilangan arah dan motivasi hidup. Aku tak tahu untuk apa, atau apa gunanya memimpikan hal-hal itu lagi?
Sejak keputusanku untuk hengkang dari Arnotts ke Indofood, aku seperti terjebak dalam dunia yang berbeda jauh. Jurang dalam yang memisahkan dua kultur ini membuat aku bingung.



Arnotts dengan segala kemapanannya telah menyulapku dari seorang mahasiswa kere menjadi seorang buruh dengan gaji tinggi dan gaya hidup yang luar biasa individualis, matrealistis dan sedikit congkak. Tempat kerjaku dipenuhi orang-orang workaholic dan para pengejar dunia, kerja lupa waktu lupa keluarga seolah menjadi budaya. Secara kasat mata, menampilkan etos kerja yang luar biasa hebat, namun menafikan sisi-sisi humanisme, sehingga seringkali memaksa mereka yang tak mau begitu, untuk menjadi begitu. It's enough!! Money is not the only things that I need.

Beralih dari Arnotts ke Indofood, bukanlah perkara yang mudah. Standard gaji yang tidak setinggi Arnotts, jumlah bawahan dan tanggungjawab yang lebih besar, serta latar belakang tim yang harus aku komandoi juga berbeda. Di Arnotts aku terbiasa bekerja sendiri, dan turun ke lapangan hanya pada waktu-waktu tertentu dimana sangat dibutuhkan untuk kelancaran supply chain. Intinya aku hanya bekerja sebagai tim SAR yang menangani shortage Raw Material, sehingga pekerjaannya sangat khusus dan sebagian besar persiapan awal dikerjakan sendiri.


Sementara di tempat baru ini, aku menangani produksi, yang secara lingkup jauh lebih besar, melibatkan team dan orang yang lebih banyak, dan butuh banyak pendekatan agar orang-orang itu mau menuruti perintahku sebagai atasan mereka.

Hal yang paling mengejutkan adalah, kondisi squad yang harus aku komando. Mereka adalah orang-orang yang sudah senior secara umur, demotivasi karena kesejahteraan yang minim, tidak termotivasi untuk bekerja dan terjebak karena tidak bisa pindah ke tempat lain dengan alasan usia yang sudah mentok. Maka begitulah pada akhirnya hari-hariku dilewati dengan penuh keluhan, curhat dan segala kegundahan mereka tentang masa depannya. Pada awalnya aku mendengarkan curhat mereka untuk meringankan beban, membantu memberikan solusi dan memotivasi agar mereka dapat bekerja dengan tetap bersemangat.

Namun akhir-akhir ini, semua itu terasa seperti bumerang untuk pikiranku. Pikiranku dipenuhi dengan keluhan dan ketidakpuasan mereka, yang semakin lama seolah memaksa pikiranku untuk ikut memiliki mindset seperti itu. Pesimis, demotivasi, menjalani hidup tanpa harapan. Sehingga lambat laun aku melupakan impianku untuk bisa belajar lagi ke luar negeri.

-to be continued-

mau keliling ke produksi dulu, beresin laporan sekalian review...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar